Sebuah pembelaan mesti diikuti dengan kebenaran sikap dan perilaku. Ketika kedua hal ini berjalan seiring dan berkelanjutan, maka akan muncul cahaya dan sinar yang menerangi kehidupan ini. Sama halnya dengan mutiara, ia terbentuk dari proses yang alami dan tidak bisa diintervensi. Hingga mutiara menjadi wujud yang begitu berharga. Memang ia bisa dibudidayakan, namun nilai dan wujudnya tidak sama dengan muatiara yang asli.
Setiap diri kita insya Allah adalah mutiara-mutiara yang diciptakanNya untuk memakmurkan bumi. Dengan mengoptimalkan segenap potensi yang ada dalam diri kita insya Allah setiap diri kita akan bisa menjadi mutiara yang sangat mengharumkan bangsa ini.
Oleh karena itu ketika setiap jiwa mempunyai kesempatan yang sama untuk memakmurkan bumi Allah ini. Dengan segenap potensi, kekuatan dan keunikan yang dimilikinya, seyogyanya bumi ini semakin subur, makin berseri.
Sebaliknya, ketika jiwa-jiwa yang menghuni bumi ini tengelam dan hanyut di dalam sikap keserakahan, maka bumi kita ini juga menjadi hancur. Hutan-hutan yang selama ini dipenuhi dengan pohon-pohon yang rindang, tidak lagi memproduksi oksigen. Karena memang pohon-pohonnya ditebangi. Sedangkan penanaman kembali enggan dilakukan. Maka dampaknya akan dirasakan oleh semua.
Tak heran berbagai bencana terjadi silih berganti. Longsor terjadi dimana-mana. Banjir juga menerpa baik perkotaan maupun di pedesaan. Keseimbangan alam yang selama ini terjaga, menjadi terganggu.
Kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua kerang menjadi mutiara. Mutiara dihasilkan dari sebuah proses. Maka, kalau kita ingin menjadi metuara-mutiara bagi bangsa ini, maka berbagai proses dan dinamika di dalam negeri ini juga perlu kita ikuti. Agar terlahir mutiara-mutiara yang akan mengharumkan bangsa.