ItqanpreneursNews — Industri farmasi di Indonesia diawali dengan berdirinya pabrik farmasi pertama di hindia timur pada tahun 1817, bernama NV. Chemicalien Rathkamp & Co, kemudian NV. Pharmaceutische Handel Vereneging J. Van Gorkom & Co. pada tahun 1865 (Kemenperin 2021). Dalam kurun waktu 50 tahun, Indonesia kemudian meluncurkan industri farmasi modern pertama, yaitu pabrik kina di Bandung pada tahun 1896 (Kemenperin 2021). Bahkan, perkembangan terbaru meunjukkan bahwa Industri Farmasi menjadi salah satu industri yang mendukung perekonomian Indonesia (Riana & Diyani 2016).
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) (2020), Industri Farmasi dengan Kode 21 tergabung dalam Golongan Pokok Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional. Menurut KBLI 2020, Golongan pokok ini mencakup pembuatan produk farmasi dasar dan preparat farmasi. Golongan pokok ini mencakup antara lain preparat darah, obat-obatan jadi, preparat diagnostik, preparat medis, obat tradisional atau jamu, suplemen kesehatan, dan produk botanikal untuk keperluan farmasi.
Laporan Indonesia Pharma Economy and Business Blogsite pada tanggal 22 Januari 2015 menyebutkan bahwa industri farmasi Indonesia menjadi salah satu industri yang berkembang cukup pesat (Riana & Diyani 2016). Riana & Diyani (2016) menjelaskan pesatnya perkembangan Industri Farmasi Indonesia dapat disebabkan oleh tiga faktor, antara lain: perkembangan pasar di kawasan ASEAN, jumlah populasi penduduk Indonesia yang besar, dan selaras dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indoensia terhadap kesehatan dan pola hidup sehat.
Pada Laporan terbaru yang diterbitkan oleh (Kemenperin 2021) menyebutkan bahwa jumlah Industri Farmasi dalam negeri dalam periode 5 tahun (2015- 2019) telah bertambah sebanyak 132 industri baru. Dengan demikian, terjadi peningkatan jumlah Indisri Farmasi dari 198 industri pada tahun 2015 meningkat menjadi 230 industri pada tahun 2019. Pada perkembanagn terbaru, menurut Wisnubroto (2022) dalam laman indonesia.go.id menyebutkan bahwa sepanjang 2015–2021, terjadi peningkatan jumlah produsen perangkat medis, dari 193 menjadi 891 perusahaan. Pada akhirnya, data (Kemenperin 2021) menunjukkan bahwa kontribusi Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisonal juga meningkat pada 2020 mencapai 10,75% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas dibanding kontribusi sebesar 9,56% di tahun 2019. (Penulis, ES Bahri)
Referensi
BKPM. 2016. “Peluang Investasi Sektor Industri Bahan Baku Obat Di Indonesia.” Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur 25.
BPS. 2020. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2020.
Kemenperin. 2021. “Membangun Kemandirian Industri Farmasi Nasional: Buku Analisis Pembangunan Industri-Edisi II 2021.” Buku Analisis Pembangunan Industri 1–38.
Riana, Devi, and Lucia Ari Diyani. 2016. “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Industri Farmasi (Studi Kasus Pada BEI Tahun 2011–2014).” Jurnal Online Insan Akuntan 1(1):16–42.
Siregar, Pamian. 2021. “Kesiapan BBO Kimia Mendukung Kemandirian Farmasi Nasional.” in Webinar 80 Tahun Perguruan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia.
Keterangan Foto: Ilustrasi. Pekerja melakukan proses pembungkusan obat jenis tablet di pabrik PT Phapros Tbk di Semarang, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/ Rekotomo dalam indonesi.go.id.