Bagi seseorang ataupun sekelompok orang yang akan melakukan perjalanan jauh tentu akan mempersiapkan berbagai perbekalan. Perbekalan ini bertujuan untuk memberikan jaminan atas ketersediaan atau keperluan baik pada saat melakukan perjalanan maupun ketika berada di tempat yang akan dituju. Sebagai contoh, bagi seeorang pelajar yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN) tentu akan menyiapkan bekal dengan belajar, try out, menjaga fisik dan psikologis agar tetap sehat serta berdoa memohon kepada Ilahi Robbi agar diberikan kekuatan, kemudahan serta kesehatan menghadapi UN.
Bagi hamba-hamba Allah SWT yang bakal melaksanakan ibadah haji dan umroh, maka mereka menyiapkan diri dengan melaksanakan manasik. Melalui kegiatan manasik dikenalkan prosesi ibadah haji dan umroh. Mereka dapat mempraktikkan langsung bagimana proses itu sejak awal sampai selesai. Pengalaman ini menjadi berguna tatkala meraka benar-benar sampai pada waktunya untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh tersebut.
Seorang penulis pun sangat perlu melakukan berbagai persiapan sebagai bekalnya untuk melahirkan karya tulis yang bermutu dan bernilai guna. Berbagai aktivitas persiapan perlu mereka jalani seperti: membaca, berdiskusi, mengamati, merenungkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang diperjuangkan. Bahkan para penulis perlu mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Karya yakni Allah SWT. Beribadah, berdoa dan berwujud merupakan sarana yang efektif agar kita mendapatkan inspirasi guna melahirkan karya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa apapun profesi atau pekerjaan yang hendak kita lakukan, maka semua membutuhkan bekal atau persiapan. Begitu pentingnya bekal dalam menghadapi berbagai event di dalam kehidupan ini.
Bagi orang-orang yang menyadari betapa pentingnya bekal ini, maka mereka akan sungguh-sungguh mempersiapkan diri. Kesungguh-sungguhan itu dapat dilihat dari intensitas latihan yang dilakukan. Semakin sering atau banyak latihan, maka insya Allah semakin mantaplah persiapannya. Namun sebaliknya, semakin jarang latihan apalagi malas-malasan, maka semakin terasa ketidaksiapannya. Oleh karena itu, kita tak boleh main-main dalam melakukan persiapan.
Kalau untuk mengarungi event kehidupan ini begitu pentingnya untuk melakukan persiapan, apalagi kalau kita ingin menghadapi akhirat. Tentu, persiapan yang akan kita lakukan mesti lebih dan begitu sungguh-sungguh. Karena kita akan berhadapan dengan Sang Pencipta Rabb Semesta Alam. Maka di dalam Firman-Nya Allah SWT secara jelas memberikan pentunjuk kepada umat manusia yang ingin selamat di akhirat yakni: “Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.(Q.S. al-Baqarah : 197)”.
Kenapa kita mesti bertaqwa? Di dalam Qur’an Surat Al Hujuraat ayait 13 dikatakan “… Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. …” Ciri-ciri orang bertaqwa sebagaimana terdapat dalam QS Al Baqarah ayat 3 (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Secara sederhana Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja. Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang apa itu taqwa. (http://pencerahqolbu.wordpress.com, diakses 2/5/2013). Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu antara lain. Pertama, Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka. Kedua, Beramal dengan Al Qur’an yaitu bagaimana Al Qur’an menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia. Ketiga, Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disadari adalah bahwa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi. Dan keempat, Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.
Oleh karena itu, mari kita bersungguh-sungguh dalam menyiapkan bekal baik untuk kebahagiaan hidup di dunia apalagi untuk kebahagiaan di akhirat. Semua itu tentu akan dapat kita raih dengan ilmu. Dengan ilmu insya Allah kita akan memiliki bekal yang memadai. Insya Allah dengan bekal itulah kita bisa sukses, selamat dan hidup mulia.
*) Penulis, Efri S. Bahri, Koordinator FAM (Forum Aktif Menulis) Wilayah Jabodetabek Link http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/10/bekal-558670.html