Oleh Efri S. Bahri
Sebagai salah satu negara agraris dan kelautan yang terbesar, pembangunan sektor pertanian dan kelautan di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain.
Daya tahan sektor pertanian dan kelautan terhadap krisis juga sudah teruji. Terlihat pada situasi krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter pada tahun 1998, sektor pertanian kembali berperan sebagai sektor penyelamat pembangunan nasional, melalui: (a) Perannya dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai; (b) Perannya dalam perolehan devisa melalui ekspor; (c) Perannya sebagai reservoar (penampung) tenaga kerja yang kembali ke pedesaan sebagai akibat dampak krisis; (d) Perannya dalam menanggulangi kemiskinan masyarakat yang semakin meningkat; (e) Perannya dalam pengendalian inflasi; dan (f) Dengan tingkat pertumbuhan yang masih positif, sektor pertanian berperan dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi secara nasional. (Deptan, 2007)
Kedepan, sektor pertanian masih akan memainkan peran yang signifikan dalam proses pembangunan di Indonesia. Hal ini mengingat sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian yang dilaksanakan oleh sebagian besar petani kecil / miskin dengan luas garapan kurang dari 0,25 hektar dan tinggal di pedesaan (>60%). Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian akan mampu mengurangi kemiskinan dan mendorong tersedianya lapangan kerja di pedesaan. Dengan demikian, akan berdampak kepada menurunnya pengangguran, kemiskinan dan sekaligus meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan perkembangan ekonomi di pedesaan.
Begitu juga dengan sektor kelautan, kondisinya juga perlu mendapatkan perhatian. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa tingkat kemikinan pesisir mencapai 7 juta jiwa (2010). Oleh karena itu, pemerintah bersama masyarakat harus bahu membahu untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.
Secara ekonomis, optimalisasi tata kelola sumberdaya pertanian dan kelautan akan mendorong tenaga kerja muda sektor pertanian dan kelauatan baik di pedesaan maupun di pesisir pantai untuk tetap menggeluti bidang pertanian dan kelautan secara terpadu. Pelibatan tenaga kerja muda dipandang sangat strategis untuk mendukung eksistensi sektor pertanian dan kelauatan. Karena hal ini akan memberikan jaminan terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian dan kelautan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan sebuah upaya terpadu atau terintegrasi guna mendayagunakan potensi pertanian dan kelautan kita
Perlu kita sadari bawah di negeri ini profesi nelayan dan petani sudah taken for granted sejak dahulu. Profesi sebagai nelayan menjadi begitu dominan karena memang Indonesia adalah negara kepulauan dimana semua pulau-pulau dikelilingi oleh laut. Sehingga menjadi nelayan memang sebuah peluang kerja yang terbuka lebar bagi siapapun di negeri ini. Apalagi laut kita terkenal dengan banyak ikannya. Berapapun perahu-perahu yang melaut – apalagi dengan alat tangkap tradisional – insya Allah ikannya akan tetap banyak. Karena begitu luasnya lautan kita.
Kerja keras petani kita tak perlu diragukan lagi. Tetapi memang, dengan kepemilikan tanah petani rata-rata di bawah 0,5 ha sulit untuk mewujudkan peningkatan pendapatan bagi petani. Tetapi bukan berarti upaya kreatif kita terhenti tanpa inovasi. Namun, satu hal yang penting adalah pemerintah perlu memberikan terobosan secara berkelanjutan melalui insentif bagi petani dan nelayan. Insentif dalam hal ini sangat berbeda dengan pola subsidi yang berjalan selama ini. Insentif diberikan karena memang para petani dan nelayan berkontribusi besar terhadap kedaulatan dan kemandirian pangan nasional yang akan memebrikan jaminan atas ketersediaan dan keamanan pangan nasional.
Begitu juga nelayan nelayan. Sejak dahulu nelayan kita memang terkenal sebagai pelaut ulung karena area tangkapan ikannya bahkan sampai ke samudera hindia. Sehingga seringkali kita mendengar ada nelayan yang terdampar di negara lain. Ini menunjukkan betapa semangat dan kegigihan nelayan kita untuk bekerja begitu tinggi. Etos kerja mereka tidak kita ragukan lagi. Pertanyaannya apakah semua nelayan kita sudah sejahtera? Jawabnya tentu saja belum. Kita bisa saksikan bagaimana kondisi keluarga para nelayan kita yang berdomisili di pinggiran pantai. Perhatian dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk secara bersama-sama dengan mereka meningkatkan produktifitas para nelayan. Kita tentu mendampakan etos kerja nelayan yang demikian tinggi juga dibarengi dengan naiknya kesejahteraan mereka.
Model insentif yang diberikan boleh saja berbeda. Yang penting ada komitmen kuat terhadap pembelaan kepada petani dan nelayan kita. Pembelaan kita terhadap mereka merupakan sebuah bentuk penghargaan kita kepada para petani dan nelayan yang telah memberikan dukungan berkelanjutan terhadap keperluan pokok bangsa ini untuk terus dan terus hidup. Kita pasti akan bangga mengkonsumsi pangan sendiri dari para petani dan nelayan negeri sendiri. Komitmen kita melalui insentif yang tepat guna, tetap saran dan tepat waktu mereka moga menjadi harapan bagi mereka untuk terus berkreasi.
Penulis, Efri S. Bahri, Ketua Yayasan Mitra Peduli Indonesia, Anggota FAM Indonesia IDFAM 1157U