Iman itu terkadang naik dan terkadang turun. Di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu, perasaan dan nurani kita tentu berada pada tingkatan keimanan yang memadai dan membuncah. Hal ini bisa terlihat dari betapa ringannya kaki kita melangkah ke Masjid. Betapa ringannya tangan kita untuk memberi. Dan betapa kuatnya fisik kita untuk menunaikan ibadah di malam hari. Sebaliknya, hari-hari ini setelah Ramadhan pergi, betapa kuatnya tantangan yang kita alami. Kami, tangan, fisik menjadi terasa berat.
Begitulah, yang namanya iman kadang posisi naik, kadang posisi turun. Bahkan iman kita bisa saja menjadi luntur, hilang dan tak berbekas jika kita tidak bisa menjaganya. Rasulullah SAW bersabda “Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban) Dalam keseharian kita bisa melihat betapa tanaman yang sudah mulai tumbuh tapi tidak dirawat, tidak dipupuk dan tidak sibersihkan dari rerumputan bisa saja akan layu, rebah bahkan mati. Untuk itu, betapa pentingnya kita merawat iman secara berkelanjutan.
Salah satu cara untuk merawat iman kita adalah dengan mengenal, memahami dan mempraktikan karakter orang-orang beriman sebagaimana telah disebut Allah SWT dalam Alquran surat Al Mu’minuun (1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, (3) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, (4) dan orang-orang yang menunaikan zakat, (5) dan , orang-orang yang menjaga kemaluannya, (6) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela, (7) Barang siapa yang mencari dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, (8) dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, (9) dan , orang-orang yang memelihara shalatnya, (10) mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (11) (yakni) yang akan mewarisi syurga firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Jadi, kita perlu senantiasa waspada terhadap kondisi iman kita. Sehingga semakin jelas bagi kita betapa iman yang telah ada di dalam sanubari kita perlu terus dipupuk dan dijaga. Harus kita akui bahwa menjadi seorang yang komit dan istiqomah itu berat. Tetapi kita tak punya pilihan lain untuk menjaga iman kita. Komitmen dan keistiqomahan kitalah yang akan menjaganya. Oleh karenanyalah kesabaran yang senantiasa dituntut pada setiap diri kita adalah sabar dalam menjaga ketaatan kepadaNya. Insya Allah ketika kita selalu dan selalu menjaga dan memupuk iman kita, ketika itulah kita akan senantiasa berada dalam naunganNya. Wallahua’lam bish shawab.