Di dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2012 secara eksplisit disebutkan ada dua tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia. Pertaman, secara internal, tantangan yang dihadapi Indonesia pada tahun 2012 adalah: (1) masih tingginya jumlah orang miskin, yang mencapai 31,02 juta jiwa pada tahun 2010; (2) masih cukup besarnya tingkat pengangguran, meskipun telah berhasil diturunkan dari 11,24 persen pada tahun 2005 menjadi 7,14 persen pada bulan Agustus 2010; (3) masih cukup tingginya jumlah daerah tertinggal yang tersebar di berbagai wilayah, walau sudah membaik; serta (4) kondisi infrastruktur yang belum memadai, baik dalam hal ketersediaan, kehandalan, maupun kualitasnya serta efektivitas birokrasi yang belum optimal. Dengan demikian, pembangunan nasional pada tahun 2012 jelas masih dihadapkan pada persoalan kemiskinan, pengangguran, serta kesenjangan yang masih luas.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat tersebut, maka diperlukan kesungguhan segenap anak bangsa untuk berkontribusi di dalam mengatasi berbagai persoalan tersebut. Pertama, kesungguhan dalam menata sumberdaya apratur pemerintah. Setiap orang tentu akan bisa menjadi solusi sesuai dengan kapasitas dan amanah yang diembannya. Pemerintah sebagai pemegang amanah mesti menunjukkan kesungguhannya, seling bahu membahu dan bersinergi di dalam membangun bangsa ini. Paradigma kerja yang melayani rakyat bukan dilayani rakyat diharapkan menjadi budaya sehingga image birokrasi menjadi lebih baik.
Merubah paradigma yang melayani memang diperlukan sebuah proses. Akan tetapi proses ini dapat dipercepat dengan adanya komitmen dan teladan dari pada pimpinan. Komitmen merupakan cermin dari seorang pemimpin yang pro-perubahan. Sedangkan teladan akan menjadi energi dan bencmark bagi aparatur. Kalau pemimpinnya sudah menunjukkan komitmen dan menunjukkan teladan, maka proses perubahan itu akan dapat dipercepat. Namun, sebaliknya apabila pemimpin tidak menunjukkan komitmen dan teladan maka tunggulah tantanagn dan persoalan besar yang terus terjadi dan akan terus berulang. Komitmen dan keteladanan selanjutnya akan menghadirkan sebuah sistem kerja yang baik dimana setiap orang akan bekerja berdasarkan pada sistem bukan sebaliknya sistem yang bekerja pada orang.
Kedua, kesungguhan dalam merealisasikan program kerja. Bagi pemerintah salah satu ukuran kinerja yang mudah dilihat masyarakat adalah sejauhmana realisasi dari program-program yang telah disyahkan sebagaimana tercantum di dalam dokumen APBN dan APBD. Ketika realisasi anggaran mampu direalisasi secara optimal 100%, maka kontribusinya tentu bergitu besar di dalam mensejahteraka rakyat. Dalam hal ini APBN dan APBD akan berbanding lurus dengan pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dll. Namun faktanya terkadang tidak berbanding lurus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan LIPI baru-baru ini, pada 2000-2004 setiap kenaikan 1 persen anggaran mampu menurunkan tingkat kemiskinan sekitar 0,4 persen sedangkan pada 2005-2009 kemampuan fiskal tersebut hanya 0,06 persen. Temuan LIPI tersebut didasarkan kepada kenaikan anggaran untuk pengentasan kemiskinan sebesar 394 persen dalam kurun waktu 2000-2009 dari sekitar Rp18 triliun menjadi sekitar Rp71 triliun. Adapun, tingkat kemiskinan berkurang dari 19,1 persen pada 2000 menjadi 14,2 persen pada 2009. Hal ini menjadi salah satu indikasi tidak efektifnya anggaran tersebut, walaupun setiap tahunnya meningkat.
Dengan demikian energi kita untuk menghadapi berbagai tantangan di atas harus sejalan antara energi kualitas sumberdaya manusia (SDM) dengan jumlah dana yang dikelola. Program-program yang akan diluncurkan pada tahun 2012 ini harus implementasikan secara berkualitas sehingga setiap ruapiah yang kita keluarkan untuk pembangunan ini benar-benar efektif dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Setelah kita memiliki innerpower di dalam mengatasi tantangan internal, maka baru kita bisa berharap banyak akan mampu juga menghadapi tantangan eksternal sebagaimana dipesankan dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2012 antara lain adalah meningkatnya ketidakpastian global. Harga-harga komoditas strategis, seperti bahan pangan, minyak dan gas bumi, serta hasil pertanian cenderung meningkat. Selain itu, gejolak politik di Timur Tengah dan krisis fiskal di Yunani yang melebar pada beberapa negara di kawasan Eropa, walau sudah menunjukkan gejala perbaikan, namun efeknya masih tetap ada hingga tahun 2012. Perubahan iklim dengan berbagai cuaca ekstrim, serta bencana alam, khususnya gempa dan tsunami di perairan Sendai – Jepang pada tanggal 11 Maret 2011, masih memberikan dampak, terutama bagi pembangunan kawasan Asia. Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis, Ketua Yayasan Kabisat (The Kabisat Foundation)