Bayangkan ketika anda awal mula mengenal atau tinggal di Jakarta ini
Ibu kota tanah air yang sangat kita cintai
Ada gedung-gedung pencakar langit yang begitu tinggi
Ada juga keseharian jalanan macet begitu banyaknya kendaraan. Ada mobil mewah, truk tronton, sepeda motor
Setiap hari jutaan orang mengadu nasib disini
Ada yang berhasil jadi orang, jadi pejabat tetapi tak sedikit jumlahnya yang gagal. Mereka terpaksa jadi pengemis, penyemir bahkan penjambret
Mereka tidak punya tempat tinggal, tidak punya pekerjaan, tidak punya harta dan tidak punya perlindungan. Mereka tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa apa-apa
Tetapi mereka itu hidup, mereka itu ada
Mereka terpaksa tinggal di kolong-kolong jembatan dan ada juga yang tidur di trotoar yang beratapkan langit
Mereka itu adalah saudara-saudara kita
Saudara se tanah air, saudara se kampung, bahkan ada juga yang merupakan saudara kita sendiri
Berharap ke negara ini akan membantu, namun belum kunjung datang
Kepada siapa lagi mereka akan mengadu
Kita adalah saudara mereka
Bisakah kita membantu mereka
Menjadi setitik air penyejuk
Menjadi segelas pelepas dahaga
Bahkan menjadi perubah nasib mereka
Katakan bisa, dengan kebersamaan kita mampu untuk membantu mereka
Sekarang perlahan bukalah mata anda bukalah hati anda
Saatnya anda membantu mereka
Ada dana zakat, ada infak dan ada juga shodaqoh
Bukankah itu hak mereka?
Kita harus mampu menjadi jembatan bagi mereka
Menghubungkan mereka dengan saudara-saudara kita yang mampu
Yakinlah mereka punya kepedulian yang begitu besar
Tapi mereka itu orang sibuk, ada juga yang malu-malu membantu langsung, mereka tak punya waktu
Tugas kita gugah hati mereka gugah peduli mereka
Anda pasti bisa karena ini demi menyelamatkan saudara-saudara kita
Oleh Efri S. Bahri, Jakarta, 28 Juli 2010 disampaikan pada Training Relawan Himpun Ramadhan 1432H Baitul Maal Muamalat (BMM) di JDC.